PERILAKU TERPUJI
(TAWADHU, TAAT,
QANA’AH, DAN
SABAR)
Abu
Hurairah r.a. memberitakan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. pernah ditanya
tentang kriteria orang yang paling banyak masuk surga. Nabi Muhammad saw.
menjawab, “Takwa kepada Allah dan Akhlak yang baik.” (H.R. Ahmad dan
At-Turmuzi) Berkaitan dengan hal
tersebut, pada bab ini, kamu akan belajar tentang perilaku terpuji (tawa«u,
taat, qana’ah, dan sabar). Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan dapat
menjelaskan pengertian tawa«u, taat, qana’ah, dan sabar. Selain itu, kamu pun
diharapkan dapat menampilkan dan membiasakan perilaku tawadhu, taat, qana’ah,
dan sabar dalam kehidupan sehari-hari.
A. PERILAKU
TAWADHU
Pernahkah kamu melihat orang yang memiliki sifatsombong
dan angkuh? Orang yang angkuh biasanya tidak mau menerima kebenaran walaupun
kebenaran itu datangnya dari anak kecil atau orang yang dimusuhinya. Secara
tidak langsung, keangkuhan orang tersebut hanyalah kesombongan kepada Allah.
Sebenarnya, Allah sangat tidak menyukai sifat sombong dan angkuh karena Allah
adalah Al-Haq (Mahabenar), firman-Nya Haq, agamaNya Haq.
1.
Pengertian
Tawadhu dan Dalil Naqli-nya (Al-Qur’an)
Tawadhu artinya rendah hati
atau tidak sombong. Jadi, tawa«u adalah ketundukan kepada kebenaran dan
menerimanya dari siapa pun datangnya, baik dalam keadaan suka maupun tidak
suka.
Lawan dari sifat tawadhu adalah takabur (sombong). Sifat takabur
adalah sifat yang dibenci Allah dan rasul-Nya. Sebagaimana hadis Nabi dari
Abdullah bin Mas’ud; bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda: “Sombong adalah menolak
kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” (H.R. Muslim) Firman Allah swt.:
وَاخْفِضْ
جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang
yang beriman yang mengikutimu.” (Surah Asy-Syμra [26]:215).
1.
Contoh
Perilaku Tawadhu Nabi Muhammad saw.
Sifat rendah hati membawa orang ke tingkat yang terhormat dan
dihargai dalam masyarakat. Orang akan terhormat ketika iamaumenghormati orang
lain. Sementara itu, sifat sombong dapat membuat orang menjauh dan membenci.
Rendah hati merupakan sifat nabi,rasul,sahabat nabi, dan orang-orang yang saleh.
Salah satu bentuk ketawadhuan Rasulullah saw. adalah beliau tidak suka dipuji
dan disanjung secara berlebihan. Dari Umar bin Khatab r.a., ia berkata:
Rasulullah saw. pernah bersabda, yang artinya: “Janganlah kamu sanjung aku
(secara berlebihan) sebagaimana kaum Nasrani menyanjung ‘Isa bin Maryam a.s.
secara berlebihan. Aku hanyalah seorang hamba Allah, maka panggillah aku dengan
sebutan: hamba Allah dan rasul-Nya.” (H.R. Abu Daud)
2.
Perilaku
Tawadhu dalam Kehidupan Sehari-hari
Orang yang bertawa«u akan
tampak dari sikap dan perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari. Ciri sikap
tawa«u terbagi dua.
a)
Tawadhu
yang Terpuji
Tawadhu yang terpuji adalah ketawadhuan seseorang kepada Allah dan
tidak mengangkat diri di hadapan hamba-hamba Allah swt.
Contoh perilaku tawadhu ini, antara lain:
(1) tidak berlebihan, baik dalam perhiasan, makanan, dan minuman
(2) sopan santun dalam
bertindak dan bersikap
(3) merendahkan nada
suaranya
(4) gemar menolong orang
yang membutuhkan pertolongan.
b)
Tawadhu
yang Dibenci
Tawadhu yang dibenci adalah tawadhunya seseorang kepada Allahkarena
menginginkan dunia ada di sisinya. Contoh perilaku tawadhu ini, antara lain:
(1) bersikap sopan santun
karena memiliki maksud yang tidak baik
(2) tidak berlebihan memakai
harta karena takut dicuri atau dimintai zakat;
(3) menolong orang yang membutuhkan
pertolongan dengan maksud ada imbalan dari
yang ditolongnya.
B. PERILAKU
TAAT
Perhatikan hadis Nabi Muhammad saw. yang
artinya: Dari Ibnu Umar r.a. Nabi Muhammad saw. bersabda: “Wajib bagi
seorang Muslim mendengarkan dan taatsesuai dengan yang disukai dan apabila
diperintah untuk menjalankan maksiat jangan dengarkan dan jangan taati “.
(H.R. Muslim).
1.
Pengertian
Taat dan Dalil Naqli-Nya (Al-Qur’an)
Taat dapat diartikan patuh. Dengan kata lain, upaya untuk selalu
mengikuti petunjuk Allah dengan cara melaksanakan perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Ketaatan seseorang kepada Allah sangat bergantung kepada
keimanannya. Semakin kuat imannya maka semakin taat kepada Allah.
Kalau taat kepada Allah swt., kita juga harus taat kepada
Rasulullah. Firman Allah swt.:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ
مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ
وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ
خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya: “Hai orang-orang
yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya “. (Surah An-Nisa’ [4]:59)
Dalam Al-Qur’an, surah An-Nisa’ [4]:59, orang beriman harus taat
kepada Allah, rasul, ataupun ulil amri. Ulil amri di sini, yaitu pemimpinyang
taat kepada Allah dan rasul-Nya.
Ada 3 makna taat kepada Allah swt., yaitu taat bermakna patuh,
penurut dan tunduk.
a.
Taat
Bermakna Patuh Taat bermakna patuh adalah mematuhi perintah Allah swt. dan menjauhi
larangannya. Perintah Allah, contohnya salat, puasa, dan menunaikan zakat.
Sementara itu, yang dilarang Allah, seperti minum minuman yang memabukkan,
meninggalkan salat fardu, berjudi, dan mengambil hak orang lain.
b.
Taat Bermakna Penurut Taat bermakna penurut
adalah menuruti semua aturan yang bersumber dari ajaran Islam. Contohnya, yang
tercantum dalam surah Al-Maidah ayat 6, yang menerangkan jika kita hendak
melaksanakan salat harus ada aturan, yaitu harus berwu«u atau bertayamum.
c.
Taat
Bermakna Tunduk Taat bermakna tunduk adalah tunduk terhadap qada dan qadar yang
datangnya dari Allah swt., seperti kita tunduk bahwa Allah swt. menetapkan
manusia hanya boleh beribadat kepada Allah.
2.
Contoh Taat dan Meneladaninya
Contoh taat kepada Allah swt., yaitu:
a) melaksanakan salat fardu lima waktu dengan ikhlas dalam hati;
b) menunaikan zakat atau sebagian hartanya di jalan Allah;
c) berpuasa di bulan Ramadan;
d) melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu melaksanakannya;
e) berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua;
f) menjaga sopan santun ketika berbicara;
g) jujur memegang amanah yang diberikan;
h) sabar ketika tertimpa
musibah, dan bersyukur ketika mendapat rezeki;
i) selalu berkalimah thayyibah, tidak berkata-kata kotor;
j) selalu berbuat dan beramal saleh;
k) saling menasihati dengan haq dan kesabaran.
3.
Perilaku
Taat dalam Kehidupan Sehari-hari
Ketaatan terhadap Allah, rasul, dan ulil amri merupakan hal yang
baik untuk amal ibadah kita. Ketaatan kepada Allah tidak hanya asal taat. Dalam
pelaksanaannya, ketaatan kepada Allah harus sungguh-sungguh sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki tanpa alasan apapun.
Sebagai utusan Allah swt., Nabi Muhammad saw. mempunyai tugas
menyampaikan amanat kepada umat manusia tanpa memandang status, jabatan, suku,
dan sebagainya. Oleh karena itu, bagi setiap Muslim yang taat kepada Allah
swt., harus melengkapinya dengan menaati segala perintah Rasulullah saw.
sebagai utusan-Nya.
Firman Allah swt.:
Firman Allah swt.:
وَأَطِيعُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ ۚ فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَإِنَّمَا عَلَىٰ
رَسُولِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
Artinya: “ Dan taatlah kepadaAllah dan taatlah kepada rasul,
jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban rasul kami hanyalah
menyampaikan (amanah Allah) dengan terang “.(Surah At-Taghabun [64]:12)
Jenis ketaatan seperti yang disebutkan di atas akan lebih sempurna
kalau diiringi dengan ketaatan dan kepatuhan kepada ulil amri atau pemimpin.
Ketaatan tersebut artinya harus selalu taat dan patuh terhadap peraturan yang
telah ditentukan bersama. Hal ini dilakukan selama peraturan itu masih di atas
nilai-nilai kemanusiaan dan tidak menyimpang dari aturan agama Islam.
Ketaatan itu tidak hanya pada pemimpin secara luas, dalam arti
sempit pun harus menjadi keseharian kita. Contohnya, seorang anak harus taat dan
patuh pada kedua orang tuanya, murid kepada gurunya, atau istri kepada
suaminya.
HadisNabi Muhammad saw yang artinya:
“Dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi Muhammad saw.: Beliau
bersabda, “Seorang Muslim wajib patuh dan setia terhadap pemimpinnya, dalam hal
yang disukai maupun tidak disukai, kecuali dia diperintah untuk melakukan
maksiat, dia tidak boleh patuh dan taat kepadanya”. (H.R. Muslim ).
C. PERILAKU
QONAAH
Semasa hidupnya, Rasulullah selalu memberi contoh secara langsung
dalam menerapkan akhlaqul karimah (akhlak mulia). Di antara akhlak mulia
tersebut, terdapat sikap qana’ah dan tasamuh.
1.
Pengertian
Qana’ah dan Dalil Naqli-nya (Al-Qur’an)
Qana’ah menurut bahasa adalah cukup. Menurut istilah, qana’ah
berarti merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan diri dari sifat
ketidakpuasan atau kekurangan.
Qana’ah bukan berarti hidup bermalas-malasan atau tidak mau
berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Akan tetapi, qana’ah itu sifat
sederhana dalam keadaan sempit dan dalam keadaan lapang. Kekayaan dan
kemiskinan bukan diukur dari banyak sedikitnya harta, tetapi terletak pada
kelapangan hati untuk selalu sabar dan mensyukuri segala karunia yang diberikan
Allah swt.
Hadis Nabi Muhammad saw. Yang artinya:
Abdullah bin Amru bin Ash r.a. berkata: Bersabda Rasulullah saw.,
“Sesungguhnya beruntung orang yang masuk Islam dan rezekinya cukup dan merasa
cukup dengan apa-apa yang telah Allah berikan kepadanya.” (H.R. Muslim)
2.
Contoh
Qana’ah dan Cara Meneladaninya
Nabi Muhammad
saw. telah memberikan nasihat kepada Hakim bin Hizam sebagaimana terungkap
dalam riwayat berikut ini:
Dari Hakim bin
Hizam r.a. Rasulullah berkata: “Saya pernah meminta kepada Rasulullah saw.
dan beliau pun memberi kepadaku. Lalu, saya meminta lagi kepadanya, dan beliau
pun tetap memberi. Kemudian beliau bersabda: Hai Hakim! Harta ini memang indah
dan manis, maka siapa yang mengambilnya dengan hati yang lapang, pasti diberi
berkat baginya, sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan hati yang rakus pasti
tidak berkat baginya. Bagaikan orang makan yang tak kunjung kenyang. Dan tangan
di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Berkata Hakim ; Ya Rasulullah!
Demi Allah yang mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak akan menerima
apapun sepeningal engkau sampai saya meninggal dunia. Kemudian Abu Bakar r.a.
(sebagai Khalifah) memanggil Hakim untuk memberinya belanja (dari Baitul Mal),
tetapi ia menolaknya dan tidak mau menerima sedikit pun pemberian itu.
Kemudian, Abu Bakar berkata: Wahai kaum Muslimin! Saya persaksikan kepada
kalian tentang Hakim bahwa saya telah memberikan haknya yang diberikan Allah
padanya”. (H.R.Bukhari dan Muslim)
Meneladani
Sikap Qana’ah Wahyu anak seorang karyawan swasta yang bergaji pas-pasan setiap
bulannya. Walaupun demikian, Wahyu tetap bersyukur kepada Allah karena dia dan
keluarganya sudah diberi rezeki. Ia tak pernah rendah diri, apalagi
memintaminta kepada orang lain. Dia merasa yakin bahwa Allah telah menentukan
hasil usaha orang tuanya. Kemampuan manusia itu terbatas pada ikhtiar,
sedangkan yang menentukan hasilnya adalah Allah swt. Itulah salah satu sikap
Wahyu yang qana’ah.
3.
Perilaku
Qana’ah dalam Kehidupan Sehari-hari Orang yang qana’ah akan bersikap menerima
dengan rasa syukur kepada Allah swt. Sikap yang demikian itu akan mendatangkan
rasa tenteram dalam hidup dan menjauhkan diri dari sifat serakah dan tamak.
Karena pada hakikatnya, kekayaan dan kemiskinan terletak pada hati, bukan pada
harta yang dimilikinya. Bila kita perhatikan, banyak orang yang lahirnya tampak
berkecukupan, bahkan mewah, namun hatinya penuh diliputi keserakahan dan
kesengsaraan. Sebaliknya, banyak orang yang sepintas lalu seperti kekurangan,
namun hidupnya tenang, penuh kegembiraan, bahkan masih sanggup mengeluarkan
sebagian hartanya untuk kepentingan sosial.
Nabi Muhammad
saw. bersabda dalam salah satu hadisnya : Dari Abu Hurairah r.a. bersabda Nabi
saw.: “Bukanlah kekayaan itu banyak harta benda, tetapi kekayaan yang
sebenarnya adalah kekayaan hati”. (H.R.Bukhari dan Muslim)
Qana’ah memiliki
unsur pokok, antara lain:
a) membangun
pribadi Muslim yang menerima dengan rela apa adanya;
b) memohon
tambahan yang pantas kepada Allah serta usaha dan ikhtiar;
c) menerima
ketentuan Allah dengan sabar;
d) bertawakal
kepada Allah;
e) tidak
tertarik oleh tipu daya dunia.
D. PERILAKU
SABAR
1.
Pengertian Sabar dan Dalil Naqli-nya
(Al-Qur’an)
Sabar secara
bahasa artinya ikatan. Menurut ajaran Islam, sabar adalah sikap teguh dalam
menghadapi segala cobaan dan rintangan dengan tidak melupakan ikhtiar atau usaha.
Sabar tidak
sama dengan pasrah. Pasrah adalah sifat penyerah terhadap keadaan tanpa
melakukan usaha atau disebut juga berangan-angan tanpa usaha. Firman Allah
swt.:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ
الصَّابِرِينَ
Artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Surah Al-Baqarah
[2]:153)
Hakikat sabar
berarti ketika kita mampu mengendalikan diri dari dosa, menaati segala perintah
Allah, ketika mampu memegang teguh akidah Islam, dan ketika mampu tabah serta tidak mengeluh atas musibah
dan keburukan apa pun yang menimpa kita.
Sabar dibagi menjadi
tiga macam berikut ini.
a) Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, contohnya
salat, puasa, zakat, haji, menuntut ilmu, tawadhu, dan qana’ah.
b) Bersabar
untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah, contohnya meninggalkan
minuman keras, tidak berjudi, dan menjauhi marah.
c) Bersabar
ketika menghadapi musibah atau cobaan yang menimpanya, contohnya kehilangan
harta, dikurangi rezekinya, terkena banjir, dan bencana alam.
2.
Contoh
Sabar dan Cara Meneladaninya
Kita menemukan
contoh terbaik sabar pada nabi yang menghadapi berbagai kesulitan hidup,
sementara mereka tetap tabah dan beriman kepada Allah swt. Hal ini
sepertikesabaran Nabi Ayyub a.s., Nabi Ibrahim a.s., dan kesabaran Nabi
Muhammad saw.
Kesabaran
adalah kunci keberhasilan Nabi Muhammad saw. dalam menegakkan risalah Allah
swt.Risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. tidak langsung diterima
olehmasyarakat sehingga dalam mendakwahkan ajaran Islam sangat hati-hati dan
penuh kesabaran. Dakwah yangdiutamakan adalah kepada para sahabat dan keluarga
terdekatnya terlebih dahulu. Kafir Quraisy menentang Islam dan merintanginya
secara mati-matian disebabkan :
a.
ajaran-ajarannya
bertentangan dengan kepercayaan nenek moyang mereka;
b.
jika
menerima agama Islam, kedudukan mereka akan jatuh merosot;
c.
keuntungan dari perdagangan patung akan luput
dari tangan mereka.
Kesabaran Nabi dalam berdakwah tersebut memberi hikmah di kemudian
hari. Hal ini terbukti dengan keberhasilan Nabi dalammengubah kehidupan bangsa
Arab, dari kehidupan jahiliyah ke kehidupan yang penuh nilai-nilai Islami.
Jadi, dapat dijelaskan buah dari kesabaran Nabi Muhammad saw. adalah:
a.
Orang
Arab yang awalnya menyembah berhala, diganti dengan keimanan dan tauhid kepada
Allah.
b.
Orang
Arab yang semula bertabiat dan berwatak buruk, diganti dengan budi pekerti
serta akhlak yang mulia.
c.
Peraturan-peraturan
yang semula merugikan masyarakat yang lemah berupa hukum rimba, diganti dengan
hukum Allah swt..
d) Manusia yang semula berpecah-belah, diganti dengan bersatunya
umat manusia tanpa membedakan warna kulit, warga negara, bahasa maupun derajat
dan keturunan.
Firman Allah swt. ;
فَاصْبِرْ إِنَّ
وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ
بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
Artinya : “Maka
bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampun untuk
dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi”
(Surah Al-Mu’minμn [40]:55)
Perilaku Sabar dalam Kehidupan Sehari-hari Seseorang tidak mungkin
mempunyai kesabaran kecuali jika ia dibantu oleh cahaya iman. Kesabaran
memiliki lima ciri sebagai berikut:
a) ketika diagung-agungkan, ia kemudian dihina;
b) ketika berlaku jujur, ia dituduh sebagai pembohong;
c) ketika menyeru orang-orang menuju kebenaran, ia dicerca;
d) ketika dilukai, ia tidak melakukan kejahatan apa pun;
e) ketika ia menuntut haknya, mereka menentangnya.
Ali bin Abu °alib berkata, “Hubungan sabar dengan iman adalah
seperti hubungan kepala dengan badan. Jika kepala terpotong, badan akan binasa.
Dengan demikian, tidak ada iman tanpa sabar.” Untuk dapat bersabar, agama Islam
mengajarkan perilaku dalam kehidupan, antara lain :
a) Tahan ketika menghadapi hantaman pertama. Nabi Muhammad saw. bersabda:
yang artinya: “Sabar yang sesungguhnya ialah ketika menghadapi hantaman
pertama”. (H.R.Bukhari)
b) Ketika ditimpa musibah, segera mengingat Allah dan mohon ampunan
Nya. Sebagaimana firman Allah swt. : yang artinya: “(Orang-orang yang sabar
ialah) mereka yang ketika ditimpa musibah, berkata; sesungguhnya kami adalah
milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Nya”. (Surah
Al-Baqarah [2]:156)
c) Tidak menampakkan musibahnya kepada orang lain, seperti yang dicontohkan
oleh istri Abu Talkhah (Ummu Sulaim) ketika ditinggal mati anaknya. (H.R.
Muslim)
d) Sabar menghadapi semua cobaan dengan ikhlas kepada Allah. Allah
berfirman dalam hadis Qudsy: “Hambaku yang mukmin, yang bersabar dengan
pasrah kepada-Ku ketika kekasihnyaAku panggil kembali(mati), kepadanya tak ada
balasan yang layak dari-Ku selain surga.“
Perhatikan hadis Nabi
Muhammad saw. tentang keutamaan sabaryang artinya : “Kalaulah kesabaran itu
berwujud seseorang lelaki, niscaya ia akan menjadi orang mulia dan Allah
menyukai orang-orang yang sabar. (H.R. AtTabrani).
Dalam hadis lain disebutkan : Sabar terhadap sesuatu yang engkau
benci merupakan kebajikan yang besar (H.R. At-Turmuzi)
No comments:
Post a Comment